Berkunjung ke bali rasanya kurang apabila tidak datang ke Desa Wisata Penglipuran. Desa Penglipuran menjadi ikon budaya dan sejarah adat istiadat Bali yang masih terjaga hingga saat ini. Disini, wisatawan akan disajikan keindahan desa yang tertata, bersih, dan kaya akan budaya.
Desa Penglipuran sendiri merupakan salah satu desa di Kabupaten Bangli, Bali Timur yang memiliki geografi dataran tinggi. Bangunan Bali yang unik dengan taman dan jalanan yang tertata rapi menjadikan desa ini dikenal masyarakat Indonesia. Bahkan, pada tahun 2023 PBB memberikan Desa Penglipuran sebagai “Desa Wisata Terbaik”.
Informasi Desa Penglipuran

Informasi | Detail |
---|---|
Alamat | Jl. Penglipuran, Kubu, Kec. Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80611 |
Harga Tiket Masuk | Wisatawan Domestik: Dewasa Rp 25.000, Anak Rp 15.000 Wisatawan Mancanegara: Dewasa Rp 50.000, Anak Rp 30.000 |
Daya Tarik | Kebersihan terjaga, tata ruang unik, desa adat, café bambu, homestay, class activity, belanja, dan lainnya |
Jam Buka | Setiap hari pukul 08.00 – 18.30 WITA |
Sejarah Desa Penglipuran
Berdasarkan hasil penelitian, Desa Penglipuran ternyata sudah ada sejak 7 abad yang lalu. Desa ini berdiri pada masa kekuasaan kerajaan Bangli pada abad ke-14. Konon, Desa Penglipuran ini memiliki leluhur dari Desa Bayung Gede. Desa Buyung Gede memiliki kemampuan yang ahli dalam bidang agama, adat dan pertahanan. Kemampuan tersebut menarik Kerajaan Bangli untuk memanggil masyarakat Buyung Gedhe. Jauhnya jarak antara kerajaan Bangli dengan desa menyebabkan Kerajaan Bangli memberikan daerah beristirahat bernama Kubu Bayung. Daerah Kubu Bayung inilah yang kemudian dikenal sebagai Desa Penglipuran.
Asal usul kata Penglipuran
Terdapat setidaknya dua makna kata Penglipuran yang ada.
Pertama, Penglipuran dapat dimakan sebagai tempat mengenang tanah leluhur atau tanah asal. Makna tersebut didapat dari penelaan kata Penglipuran menjadi dua kata, yaitu pengeling dan pura. Pengeling atau eling artinya mengenang dan mengingat dan kata pura artinya tempat leluhur, benteng, dan tanah. Artinya, kemungkinan masyarakat Desa Panglipuran ini membangun desa karena ingin mengenang orang orang, tanah asal, dan leluhur mereka di Desa Bayung Gede.
Kedua, Desa Penglipuran juga dapat berarti tempat untuk menghibur dari rasa duka. Makna ini didapat dari kata Penglipuran dan lara. Penglipuran artinya menghibur dan lara artinya duka/sedih. Pada zaman dahulu, konon Raja Bangli sering mendatangi desa ini untuk menghibur diri. Maka dari itu, masyarakat Desa mendapatkan tugas untuk menghibur sang raja menenangkan pikiran dalam menghadapi masalah.
Daya Tarik

Kebersihan terjaga
Salah satu daya tarik dari Desa Penglipuran adalah lingkungannya yang terawat. Kebersihan di desa ini memang telah diakui oleh berbagai kalangan. Bahkan, UNESCO telah menetapkan Desa Penglipuran sebagai Desa adat terbesit ketiga di dunia. Lingkungan yang bersih ini tentu menunjukkan bagaimana pengelolaan sanitasi air dan perilaku masyarakat yang mengontrol kebersihan
Tata Ruang dan arsitektur Bali

Desa Penglipuran memiliki tata ruang dengan konsep Tri Mandala. Konsep ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Ketiga zona tersebut memiliki arti dan maksud tersendiri. Pertama, Zona Utama Mandala berarti tempat suci pura yang digunakan untuk beribadah memuja para dewa. Kedua, Zona Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal manusia. Terakhir, Nista Mandala berarti tempat untuk pemakaman desa.
Desa Adat
Desa ini memiliki dua sistem pemerintahan, yaitu pemerintahan formal (RT dan RW) serta sistem adat yang bersifat otonom. Aturan adat di desa ini disebut Awig-Awig, yang berlandaskan filosofi Tri Hita Karana. Tri Hita memberikan tampilan dan tata lingkungan Desa Penglipuran menjadi lebih selaras dengan alam, tuhan dan manusia. Hal tesebut karena di dalam Tri Hita Karana terdapat ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.
Fasilitas dan Aktivitas di Desa Penglipuran

Kafe Bambu Penglipuran
Kafe Bambu di Panglipuran memberikan pengalaman wisatawan berkuliner dan bersantai di tengah naungan pohon bambu. Tempat ini cocok dikunjungi setelah capek berjalan kaki mengelilingi Desa Penglipuran. Hembusan angin membuat bambu bambu mengeluarkan suara syahdu. Ditempat ini, wisatawan dijamin puas karena makanan enak dan tempatnya yang nyaman.
Homestay
Desa Penglipuran juga menyediakan akomodasi bagi wisatawan yang ingin menginap. Terdapat homestay bernuansa bangunan tradisional Bali yang dapat disewa. Letaknya pun strategis, dimana homestay ini berlokasi di kawasan Desa Penglipuran, 8 km dari Pura Basakih, dan 42 km dari Bandara Internasional Ngurah Rai.
class activity seni kerajinan dan kuliner
Tidak hanya mejelajahi budaya di Desa Penglipuran, wisatawan juga dapat merasakan beberapa aktivitas class. Melalui berbagai kelas, wisatawan dapat memahami lebih dalam budaya bali dalam hal kerajinan dan masakan. Terdapat beragam kelas yang tersedia seperti membuat gebogan, membuat Canang Sari, membuat klepon, kerajinan bambu, membuat penjor, menari, dll
Makan malam dan Sarapan di Desa Penglipuran
Bagi wisatawan yang ingin makan tepat di tengah Desa Penglipuran, ternyata terdapat layanan yang memungkinkan wisatawan melakukan sarapan dan makan malam di Desa Penglipuran. Sistemnya adalah di jalanan Desa Penglipuran akan ditempatkan beberapa meja dan kursi rotan yang akan digunakan wisawatan. Di tempat tersebut, wisatawan dapat merasakan makanan dengan kesan yang ikonik.
Berbelanja

Masyarakat di Desa Penglipuran terlihat menjual beberapa barang dan kuliner di dekat rumahnya. Barang barang seperti ukiran bali, lukisan, dan kerajinan tangan tersedia untuk dibeli. Selain itu, makanan dan minuman, seperti arak bali juga bisa di beli di desa ini.
Fakta Menarik Desa Penglipura
Larangan Poligami
Desa ini memiliki aturan ketat terkait pernikahan, di mana poligami dilarang. Pelanggar aturan ini akan menerima sanksi sosial, salah satunya ditempatkan di area Nista Mandala. Selain itu, masyarakat juga dilarang menikah dengan tetangga sebelah kanan, kiri, dan depan rumahnya, karena mereka dianggap keluarga sendiri. Menariknya, apabila seorang lelaki menikahi wanita Desa penglipuran hal ini diperbolehkan akan tetapi harus masuk di Desa Penglipuran dan melakukan tugas adat para wanita bukan tugas untuk lelaki.
Struktur Bangunan Tradisional yang Seragam

Semua rumah di desa ini memiliki desain yang seragam dengan gerbang khas bernama angkul-angkul dan atap berbahan bambu. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keindahan dan keseragaman desa.
Ngaben dengan Cara Dikubur
Berbeda dengan tradisi Bali lainnya yang melakukan prosesi ngaben dengan membakar jenazah, di Penglipuran, jenazah dikubur. Hal ini karena lokasinya yang jauh dari laut, sehingga abu jenazah tidak bisa dilarung ke laut seperti tradisi Bali pada umumnya.
Tidak Ada Sistem Kasta
Masyarakat Desa Penglipuran hanya memiliki satu kasta, yaitu Kasta Sudra. Hal ini menjadikan semua warga memiliki kedudukan yang setara, kecuali ketua adat yang dipilih setiap lima tahun sekali.
Kesenian Tari Baris Sakral
Desa ini memiliki kesenian tari khas, yaitu Tari Baris Sakral, yang digunakan dalam upacara adat. Tari ini diiringi oleh gamelan Gong Gede dan dilaksanakan secara turun-temurun.
Dikelilingi Hutan Bambu
Desa ini dikelilingi oleh hutan bambu yang menjadi bagian dari wilayah adatnya. Oleh karena itu, bambu menjadi bahan utama dalam pembangunan rumah dan bangunan lainnya di desa ini.
Terletak di Kaki Gunung Batur
Desa Penglipuran terletak di ketinggian 700 mdpl di kaki Gunung Batur, memberikan udara yang sejuk dan pemandangan yang indah. Lokasinya juga strategis, berada di jalur wisata Kintamani, hanya 5 km dari pusat kota Bangli dan sekitar 45 km dari Denpasar.
Lokasi dan Rute ke Desa Penglipuran
Berikut adalah rute menuju Desa Adat Penglipuran dari pusat Kota Denpasar:
- Dari Denpasar ke Gianyar
- Mulai perjalanan dari pusat Kota Denpasar dan ambil jalur menuju Jalan By Pass Ida Bagus Mantra.
- Lanjutkan perjalanan ke arah timur menuju Gianyar melalui Jalan Raya Batubulan.
- Dari Gianyar ke Bangli
- Dari Gianyar, lanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Bangli melalui Jalan Raya Tampaksiring atau Jalan Raya Ubud.
- Perjalanan ini memakan waktu sekitar 45–60 menit tergantung kondisi lalu lintas.
- Dari Bangli ke Desa Penglipuran
- Setelah tiba di Kota Bangli, ambil jalur menuju Kelurahan Kubu.
- Ikuti rambu petunjuk arah menuju Desa Adat Penglipuran.
- Desa ini berjarak sekitar 5 km dari pusat Kota Bangli dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 10–15 menit.
Tiket Masuk dari Parkir Desa Penglipuran
Tarif retribui di Desa Penglipuran mengikuti peraturan Bupati Bangli No.37 Tahun 2019
Tiket masuk
- WNA Dewasa : Rp50.000,00
- WNA anak anak : Rp30.000,00
- WNI Dewasa : Rp25.000,00
- WNI anak anak : Rp15.000,00
Parkir
- Bus : Rp10.000,00
- Mikrobus, sedan, Jeep: Rp5.000,00
- Sepeda Motor: Rp2.000,00
FAQ
Berapa biaya masuk ke Desa Penglipuran?
WNA Dewasa : Rp50.000,00; WNA anak anak : Rp30.000,00; WNI Dewasa : Rp25.000,00; WNI anak anak : Rp15.000,00 (Harga tiket dapat berubah sewaktu-waktu, disarankan untuk mengecek langsung ke pengelola desa sebelum berkunjung.)
Desa Penglipuran terkenal dengan apa?
Desa Penglipuran terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia, dengan tata ruang yang khas, budaya yang masih terjaga, dan suasana asri yang menawan. Desa ini juga dikenal sebagai destinasi wisata budaya dengan rumah tradisional yang seragam serta kearifan lokalnya yang unik.
Mengapa Desa Penglipuran disebut desa terbersih di dunia?
Desa Penglipuran mendapatkan predikat sebagai salah satu desa terbersih di dunia karena Lingkungan yang selalu terjaga kebersihannya tanpa adanya sampah berserakan, Warga desa memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga kebersihan dan lingkungan dan sistem tata ruang yang rapi dengan jalur pejalan kaki bersih serta rumah yang tertata seragam.
Desa Penglipuran masuk kecamatan apa?
Desa Penglipuran terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Desa Penglipuran buka hari apa?
Desa Penglipuran buka setiap hari dari pagi hingga sore hari, biasanya mulai pukul 08.00 hingga 18.30 WITA. Wisatawan dapat berkunjung kapan saja untuk menikmati keindahan desa ini.
Apakah wanita haid boleh masuk Desa Penglipuran?
Ya, wanita yang sedang haid tetap diperbolehkan memasuki Desa Penglipuran. Namun, seperti di tempat-tempat suci lainnya di Bali, mereka mungkin tidak diperkenankan memasuki area pura atau tempat ibadah yang dianggap sakral.
Kenapa disebut Desa Penglipuran?
Nama “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura” yang berarti tempat untuk mengenang para leluhur. Desa ini didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur masyarakatnya yang berasal dari daerah Bayung Gede, Kintamani.
Apa saja yang bisa dilakukan di Desa Penglipuran?
Di Desa Penglipuran, wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas menarik, seperti Berjalan-jalan menikmati suasana desa yang asri dan bersih, Mengunjungi rumah-rumah tradisional dan berinteraksi dengan warga setempat, Mempelajari budaya dan adat istiadat masyarakat Penglipuran, Mengunjungi Pura Desa dan kawasan hutan bambu, Menikmati kuliner khas Bali yang dijual oleh penduduk lokal dan Mengabadikan momen dengan berfoto di berbagai sudut desa yang instagramable.
Komentar