Kotagede atau biasa dikenal kotagedhe merupakan sebuah kota bersejarah yang menjadi saksi buta sejarah Mataram islam. Dahulu kala, daerah ini merupakan daerah ibu kota kerajaan Mataram islam pada abad ke-16. Hal tersebut karena di kota ini pernah menjadi pusat aktivitas politik, sosial, dan budaya. Namun, saat ini kota ini tidak lagi menjadi ibukota Mataram islam. Walaupun demikian, terdapat banyak peninggalan peninggalan yang masih tersisa yang dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Informasi Kota Gede
Kategori | Informasi |
---|---|
Lokasi | Sayangan, Jagalan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta |
Daya Tarik | Kota bersejarah, Museum Kotagede Intro Living Museum, Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Kompleks Makam Raja Mataram, Situs Benteng Cepuri, Situs Bokong Semar, Kerajinan perak, Pasar Legi Kotagede, Sendang Kemuning, Beetween Two Gates, Watu Gilang dan Watu Gatheng |
Harga Tiket Masuk | Gratis |
Jam Buka | Tidak ada jam pasti, tetapi terdapat beberapa area yang menerapkan jam buka seperti, museum kota gede : Selasa-Kamis 08.00-15.30 WIB Jumat 08.00-14.00 WIB Sabtu-Minggu 08.30-15.30 WIB Senin dan Libur Nasional tutup Komplek makam raja : Minggu, Senin, dan Kamis 10.00-13.00 WIB Jumat 13.00-16.00 WIB Bulan Ramadhan tutup |
Sejarah Kotagede
Kotagede pada awalnya merupakan hutan yang masih belantara bernama Alas Mentaok. Kemudian oleh Ki Gede Pemanahan pada abad ke16 mengubah hutan tersebut menjadi pemukiman. Tanah yang dibuka oleh Ki Gede Pemanahan tersebut merupakan pemberian dari Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dari Kerajaan Pajang karena telah berjasa dalam membantu sang sultan. Seiring berjalannya waktu, Desa kecil yang dipimpin oleh Ki Gede Pemanahan tersebut menjadi berkembang dam mulai berganti kepemimpinan.
Setelah Ki Gede Pemanahan wafat, kepemimpinan desa gede ini diteruskan oleh anaknya yang bernama Danang Sutawijaya atau biasa dikenal Panembahan Senopati. Dibawah kepemimpinan beliau, Kotagede berkembang menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam. Dikarenakan desa tersebut tumbuh menjadi kota yang ramai dan makmur, maka disebutlah daerah ini sebagai Kotagede yang dalam Bahasa Indonesia artinya kota besar.
Sebagai pusat Kerajaan Mataram Islam, Kotagede terdapat berbagai infrastruktur yang penting. Terdapat berbagai pembangunan yang dilakukan seperti masjid, makam raja, rumah rumah bangsawan, pasar, dll. Disisi lain, berbagai kebudayaan dan kesenian juga berkembang.
Akhirnya pada masa Sultan Agung, Kotagede tidak lagi menjadi Ibu Kota Mataram Islam. Pada tahun 1613, Sultan Agung Mengubah ibukota Kerajaan Mataram Islam dari Kotagede menuju Kerta (dekat Plered). Walaupun tidak lagi menjadi Ibu kota, daerah kotagede tetap menjadi daerah penting bahkan hingga saat ini. Kini Kotagede menjadi daerah penting peninggalan sejarah dan budaya Kerajaan Mataram Islam.
baca juga
- 5 Alasan Mengapa Museum Sonobudoyo Wajib Dikunjungi
- Bukit Paralayang Watu Gupit: Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi Para Petualang
Daya Tarik
Museum Kotagede Intro Living Museum
Museum Kotagede atau biasa juga dikenal sebagai Intro Living Museum Kotagede merupakan sebuah museum yang menawarkan destinasi wisata sejarah dan budaya di Yogyakarta. Museum ini cocok bagi wisatawan yang ingin mempelajari sejarah dan perkembangan Kotagede di masa lampau. Terdapat beragam koleksi yang menggambarkkan sejarah dan budaya Kotagede, seperti arkeologi, kemahiran teknologi tradisional, seni pertunjukan, dan situasi sosial masyarakat.
Disisi lain, terdapat juga rumah bersejarah di Kotagede, yaitu Rumah Kalang. Rumah ini merupakan bangunan yang memiliki arsitektur campuran Eropa dan Jawa sehingga memiliki daya tarik yang unik. Pada masa lampau, rumah Kalang menunjukkan status sosial ekonomi di kalangan kelompok kalang, yaitu seorang pedagang dan pengrajin yang sukses. Kini, beberapa rumah Kalang masih ada hingga saat ini dan beberapa diantaranya ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Masjid Gedhe Mataram Kotagede

Masjid Gedhe Mataram Kotagede merupakan salah satu masjid yang masih berdiri di Kotagede, Yogyakarta. Masjid ini memiliki nilai sejarah karena menjadi saksi bisu berdirinya kerajaan Mataram Islam. Pembangunan Masjid ini dilakukan pada masa pemerintahan raja pertama Mataram Islam, Panembahan Senopati, pada tahun 1578 hingga 1587. Uniknya, berdirinya masjid ini tidak lepas atas saran Sunan Kalijaga kepada Ki Geng Pamanahan.
Masjid Kotagede ini memiliki cirikhas yang membedakan dengan masjid masjid lainnya. Arsitektur bangunan ini didasarkan pada akulturasi budaya Jawa, Hindu, dan Islam. Pengaruh islam terletak pada bentuk atapnya berupa tajug (limas bertingkat) yang terbuat dari kayu. Selain itu, budaya Hindu-buddha juga mewarnai pada bentuk gerbang masuk (gapura) mirip dengan candi. Penggabungan berbagai budaya ini menunjukkan bahwa harmonisasi antar budaya telah terjadi di Jawa khususnya, Kerajaan Mataram Islam.
Kompleks Makam Raja Mataram

Kompleks Makam Raja – Raja Mataram kotagede atau juga dikenal sebagai Pasrean Hastana Kitha Ageng merupakan sebuah kompleks Makam yang memiliki nilai sejarah kerajaan Mataram Islam yang penting. Makam ini penting karena menjadi tempat dimakamkannya raja Mataram Islam pertama bersama keluarganya. Diperkirakan setidaknya terdapat 627 makam yang berada di kompleks ini.
Terletak di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede, makam ini didirikan oleh Panembahan Senopati pada akhir abad ke-16. Kompleks Makam ini dikelilingi oleh tembok yang besar dan tinggi dengan beberapa gapura sebagai pintunya. Seringkali makam ini menjadi destinasi wisata religi karena terdapat beberapa tokoh penting yang disemayamkan di sini. Tokoh Mataram Islam tersebut meliputi Panembahan Senopati, Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), Ki Ageng Pamanahan, Sultan Hamengkubowo, K.G.P.A.A. Paku Alam I, dan lainnya.
Untuk memasuki komplek makam ini, peziarah perlu menaati beberapa aturan. Peziarah diwajibkan untuk menggunakan pakaian adat Jawa sebagai penghormatan. Selain itu, diharapkan juga untuk tetap menjaga tata asrama dan sopan santun ketika di dalam kompleks makam. Bagi yang tidak memakai pakaian adat, terdapat persewaan pakaian adat yang dapat digunakan oleh peziarah. Harga sewa pakaian adat bervariasi mulai dari Rp15.000,00 hingga Rp35.000,00.
Situs Benteng Cepuri

Benteng Cepuri merupakan situs peninggalan Mataram Islam yang dahulunya berfungsi sebagai benteng pertahanan. Kata Cepuri sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki arti benteng atau tempat pertahanan.
Struktur benteng ini dibangun mengunakan batu besar putih yang sisusun setinggi 3,5 meter dan lebarnya 2 meter. Kemegahan benteng masih dapat di kunjungi di pojok barat daya dan tenggara kotagede, sedangkan untuk bagian utara hanya ditemukan reruntuhan saja yang dikenal nama Benteng Jebolan Raden Rangga. Konon, benteng tersebut jebol karena menahan terpentalnya Raden Rangga dari tendangan Panembahan Senopati.
Situs Bokong Semar

Situs Bokong semar ini merupakan bagian dari deretan Benteng Cepuri yang masih berdiri. Bagian ini berbeda karena bentuknya yang melengkung. Dinamakan ‘Bokong Semar’ karena lengkungan benteng tersebut menyerupai bokong atau pantat semar. Semar sendiri merupakan tokoh pewayangan jawa yang terkenal dengan bokongnya yang besar dan melengkung.
Kerajinan perak
Hingga saat ini, daerah kotagede merupakan salah satu daerah sentra kerajinan perak. Perkembangan kerajinan perak ini bahkan telah berkembang sejak masa kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16. Seiring berjalannyya waktu, perkembangan perak ini bahkan terus eksis di jaman Hamengkubowono VIII dan masa penjajahan. Daya tarik dari kerajinan perak di Kotagede ini disebabkan oleh kualitasnya yang tinggi dan motifnya yang khas, seperti motif tanaman teratai. Bagi wisatawan yang ingin membeli kerajinan perak yang telah eksis puluhan tahun, maka wisatawan dapat mencoba berbelanja di beberapa toko perak di kotagede.
Pasar Legi Kotagede
Pasar Legi Kotagede pada masa lampau merupakan pusat ekonomi dan sosial yang sangat penting. Dinamakan pasar Legi karena pasar ini hanya buka pada hari dengan tanggalan Jawa legi. Disini, pengunjung dapat membeli berbagai barang, seperti batik. Kerajinan, makanan, dll.
Sendang kemuning

Sendang Kemuning merupakan sumber mata air yang berada di belakang sendang Selirn dan kompleks Makam raja-raja Mataram kotagede. Sendang ini telah lama ada dan memiliki usia yang sangat tua. Konon, air dari sendang ini berasal dari tancapan tongkat Sunan Kalijaga. Wisatawan ketika berkunjung ke Sendang Kemuning ada merasakan suasana sakral. Terdapat beberapa sesajen yang dipasang oleh masyarakat.
Pada jaman dahulu, sendang kemuning digunakan oleh keluarga kerajaan Mataram Islam sebagai tempat bersuci. Terdapat dua ruang sendang yang dibedakan peruntukannya, satu area untuk laki laki dan area lainnya untuk perempuan. Selain untuk bersuci, tampaknya sendang kemuning juga digunakan untuk mandi dan cuci pakaian oleh masyarakat sekitar.
Beetween Two Gates

Beetween Two Gates merupakan gang pemukiman unik yang terletak di Kotagede. Dahulu, area ini merupakan bekas area Alun Alun Purbayan yang merupakan alun alun kerajaan Mataram islam. Keunikan dari pemukiman ini adalah terdapatnya beberapa rumah rumah Tradisional jawa yang masih terawat. Berbagai bangunan arsitektur Jawa seperti pendopo, joglo, dan ukiran kayu Jawa dapat dijumpai di area ini. Menariknya, bangunan bangunan ini dimiliki oleh masyarakat, bahkan terdapat sebuah kafe yang dibuka di tengah pemukiman.
Watu Gilang dan Watu Gatheng
Watu Gilang dan Watu Gatheng merupakan sebuah benda peninggalan sejarah Mataram islam. Watu Gilang merupakan batu berbentuk segi empat dengan warna hitam legam. Konon, batu ini merupakan tempat singgasana yang biasa digunakan oleh Panembahan Senoppati.. Dikarenakan sebagai singgasana, maka Watu Gilang ini merupakan simbol kekuasaan dan pemerintahan.
Sedangkan untuk Watu Gatheng ini merupakan tiga buah batu berwarna kekuning Kuningan menyerupai bola. Konon, batu ini merupakan mainan milik Raden Rangga. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa batu batuan tersebut merupakan bekas peluru meriam kuno.
Watu Gatheng dan Watu Gilang ini kini tersimpan di bangunan kecil di tengah jalan kampung Kedaton, dekat Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Namun, bangunan tersebut biasanya ditutup sehingga pengunjung tidak dapat melihat Watu Gilang dan Watu Gatheng. Walaupun demikian, pengunjung tetap dapat melihat bangunan tempat situs tersebut tersimpan.
Aktivitas di Kotagede

Tapak tilas wisata sejarah kerajaan Mataram Islam
Pengunjung dapat menjelajahi sejarah Mataram islam melalui berbagai situs dan peninggalan yang masih terjaga. Peninggalan seperti Makam raja, Watu Golang, Watu Gathengm Between Two Gates, dlll dapat dikunjungi oleh wisatawan secara berurutan. Biasanya terdapat rombongan yang melakukan nampak tilas sejarah ini dengan berjalan kaki.
Mempelajari Kerajinan Perak dan membeli Kerajinan Perak
Alangkah lebih baik apabila tidak lupa mengunjungi kerajinan perak ketika berkunjung di Kotagede. Sebagai sentra perak, Kotagede menjadi destinasi yang dapat dikunjungi oleh wisatawan untuk mengenal lebih baik terkait dengan kerajinan perak. Apabila menginginkan, pengunjung juga dapat membeli kerajinan perak sebagai oleh oleh berkunjung di Kotagede
Beribadah di Masjid Kotagede
Hingga saat ini, Masjid Kotagede masih dipergunakan sebagai tempat beribadah oleh umat Islam secara rutin. Masyarakat umum diperbolehkan untuk melakukan ibadah secara bebas di sini. Untuk berkunjung di Masjid Kotagede, wisatawan yang menggunakan motor dapat langsung masuk ke area depan masjid sebagai tempat parkir.
Spot foto
Latar belakang area Kotagede seringkali menjadi spot foto yang di minat oleh banyak orang. Bangunan unik Jawa-Hindu seperti benteng dan gapura seringkali selalu dijadikan oleh pengunjung untuk berfoto. Menariknya, terdapat beberapa fotografer dan persewaan pakaian adat yang menyewakan jasanya bagi wisatawan. Begitu menariknya kotagede sebagai spot foto, banyak foto profesional untuk foto penting seperti foto pernikahan diambil di area ini.
Berziarah
Sebagai tempat peristirahatan para raja mataram dan keluarganya, Kotagede sering dikunjungi oleh peziarah. Pengunjung diharapkan untuk berpakaian sopan dan berperilaku santu di kompleks makam. Pada area tertentu, pengunjung diwajbkan untuk menggunakan pakaian adat jawa.

baca juga
- Bukit Watu Gagak, Kulineran Sambil Menikmati Keindahan Imogiri dari Ketinggian
- Cuma di Pantai Torohudan Kamu bisa Foto Estetik, Cukup Bayar Rp8 Ribu dapat Vibes Keren!
- Bertamasya dan Berolahraga di Wisdom Park UGM
Lokasi dan Rute Menuju Kotagede
Lokasi:
Kotagede terletak di bagian tenggara Kota Yogyakarta, masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kotagede, yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Wilayah ini dikenal sebagai kawasan bersejarah, terutama sebagai pusat Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16.
Rute Menuju Kotagede:
Dari Malioboro / Stasiun Tugu Yogyakarta:
- Naik kendaraan pribadi atau transportasi online menuju Kotagede (sekitar 20–30 menit perjalanan).
Dari Bandara Yogyakarta International Airport (YIA):
- Naik kereta dari Stasiun Bandara ke Stasiun Tugu, lalu lanjutkan perjalanan dengan kendaraan pribadi, ojek online, atau Trans Jogja.
- Alternatif lain adalah naik shuttle bus DAMRI atau taksi langsung ke Kotagede (sekitar 1,5 jam perjalanan).
Dari Terminal Giwangan:
- Naik angkutan kota (angkot) atau Trans Jogja menuju area Kotagede.
- Alternatif lain adalah menggunakan kendaraan pribadi atau ojek online dengan waktu tempuh sekitar 10–15 menit.
FAQ
- Kenapa disebut Kotagede?
Kotagede, yang berarti “Kota Besar”, dulunya adalah ibu kota Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16, mencerminkan kejayaannya sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan saat itu. - Kotagede tutup jam berapa?
Kotagede adalah sebuah kawasan permukiman dan pusat kerajinan yang tidak memiliki jam operasional resmi; namun, toko-toko dan objek wisata biasanya buka dari pagi hingga sore hari. - Siapa yang dimakamkan di Kotagede?
Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Kotagede menjadi tempat peristirahatan tokoh penting seperti Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Islam, dan keluarganya. - Kecamatan Kotagede masuk kabupaten apa?
Kecamatan Kotagede merupakan bagian dari Kota Yogyakarta, bukan termasuk dalam wilayah kabupaten. - Makam Kotagede buka hari apa?
Kompleks Makam Raja-Raja Mataram di Kotagede biasanya buka setiap hari; namun, pengunjung disarankan untuk datang pada jam kerja untuk memastikan akses dan layanan tersedia. - Kotagede penghasil apa?
Kotagede terkenal sebagai sentra kerajinan perak, menghasilkan berbagai produk perak berkualitas tinggi yang dikenal hingga mancanegara. - Apakah ke makam harus berhijab?
Terdapat beberapa area yang harus menggunakan pakaian adat jawa sehingga mengharuskan perempuan menggunakan kain jarik, kemben, dan melepas kerudung.
Komentar